Dec 5, 2013

SEKOLAHAN: NASIBMU KINI.. ANTARA ADA DAN TIADA....



Maaf jika tulisan saya membuat banyak orang baik itu guru dan pemerhati pendidikan akan tersinggung, sekali lagi mohon maaf. Ini hanya pendapat saya secara pribadi tanpa mewakili instansi apapun.  Kepada bapak menteri pendidikan juga saya mohon maaf, jika anda akan tersinggung dengan tulisan saya. Saya hanya ingin memanfaatkan  hak saya sebgai warga Negara dalam menyampaikan pendapat dalam bentuk tulisan.

Jujur saya agak kecewa dengan keadaan yang ada saat ini, sehingga kekecewaan yang saya alami pernah suatu kali membuat saya emosi dan berujar “ mending tidak usah ada sekolah di negeri ini, dan kembalikan saja semua siswa kerumah masing  - masing titik”. Toh jaman nenek moyang kita dulu banyak orang sukses hanya belajar dari ibunya di rumah.
Bapak / ibu guru yang baik, saya tau bahwa mengajar itu tidak mudah, dan saya tau juga bahwa uang yang anda hasilkan dari profesi sebagai guru tidaklah besar atau bisa membuat anda semua kaya seperti pejabat – pejabat di negeri ini. Hanya ketulusan dan keikhlasan lah yang bisa membuat anda semua bertahan menjadi seorang guru di negeri yang mohon maaf “serba tidak menentu ini”. Anda boleh setuju boleh tidak, bahwa beban yang ada di pundak anda tidaklah mudah. Maaf Cuma anda dan saya yang tau, bahwa jika ada guru yang bergelimang kekayaan kadang dicurigai sebagai seorang koruptor.
Bapak ibu guru yang baik. Di kampung  saya nun jauh di sana, ada beberapa guru yang saya jumpai terpaksa menjadi seorang pengojek untuk memenuhi kebutunan hidupnya sehari hari. Padahal mereka telah mengajar dari pagi hingga sore. Saya juga sering menjumpai guru terpaksa mengambil jam mengajar tambahan (membuka les privat) untuk mencukupi kebutuhannya. Bapak ibu guru yang baik, tugas anda sungguh berat, tanpa dedikasi, keikhlasan dan kesungguhan maka tidak akan ada lagi generasi bangsa ini yang bisa tegak berdiri di hadapan tantangan globalisasi yang makin gila ini.
TAPI BAPAK IBU GURU TERCINTA, sebaiknya sekolah – sekolah yang ada di negeri ini diliburkan saja selama - lamanya. Ya diliburkan saja.. karena sepertinya pemerintah sudah tidak perduli lagi dengan perjuanganmu selama ini. Mungkin anda butuh bukti… lihat saja tayangan  tayangn televisi telah mengganti peran anda dalam megajar. Anak – anak lebih manut dan mengahyati TV daripada apa yang anda semua ajarkan di dalam kelas.
Untuk bukti yang lebih kongkrit, silahkan perhatikan, apakah gaya hidup anak didik kita mengikuti petuah  para guru atau agama? Kebanyakan anak negeri ini lebih senang dan nyaman mengamalkan petuah dari si kotak electronic yang bernama TV itu.
Bapak ibu guru, anda semua tahu bahwa tayangan yang ada di TV bukanlah pelajaran sekolah yang  akan diujikan di akhir semester ini. Anda juga tahu bahwa anak – anak tidak harus mengikuti apa saja yang ada di layar kaca. Tapi bapak ibu guru yang baik, tayangan TV telah dikemas sedemikian rupa dan semenarik mungkin untuk menarik minat anak didik kita agar melahapnya mentah – mentah. Dan acara TV telah menyusup ke dalam alam bawah sadar siswa dengan cara sedemikian rupa sehingga lama kelamaan mempengaruhi  pola pikir dan pada akhirnya perilaku siswa.Celakanya lagi, sebagain acara TV jauh lebih menarik daripada cara anda mengajar di dalam kelas. Jadi jangan salahkan TV.
Bapak ibu guru yang baik. Pemerintah sudah tahu bahwa sebagian acara TV itu buruk dan menimbulkan keburukan, pemrintah tahu itu. Tapi mengapa mereka tidak menghentikannya? Bukankah kita sama – sama berkomitmen akan membentuk generasi bangsa yang bermoral bermartabat, berakhlaqul karimah. Lalu mengapa acara – acara murahan itu dibiarkan? Lebih celaka lagi acara – acara murahan di layar kaca kini diperparah dengan kehadiran iklan TV yang menurut saya maaf “ mombodohi dan rendah nilai”.
Bapak ibu guru, pemerintah telah tahu itu, tapi mengapa sepertinya tidak ada I’tikad baik dari pemerintah dalam membantu guru mendidik putra – putri negeri ini dengan cara menekan dan menghapus tayangan – tayang yang merusak moral? Bukankan pemerintah memiliki wewenang untuk itu?
Maaf saya mulai emosi lagi… sangat di sayangkan, jika di dalam kelas anda berpeluh keringan bermandikan air mata membentuk  kepribadian siswa. Tapi di sisi lain acara TV (saingan anda) melunturkan apa yang telah anda tanamkan kedalam benak anak – anak selama ini. Dan tidak ada seorangpun yang mengoreksi atau menghentikan acara tersebut.
Bapak ibu guru, mohon bersabar sebentar, semua ini karena uang, uang  dan uang. TV hanya memutar acara yang menurut mereka dapat menghasilkan uang banyak tanpa perduli apakah acara itu wangi ataupun busuk. Pemerintah juga terlalu banyak berdalih bahwa acara tersebut layak ditonton oleh masyarakat dan generasi muda bangsa.
Jika keadaan seperti ini tiada berakhir, mungkin sebaiknya sekolah diliburkan selama – lamanya. Kembalikan anak – anak kepada orang tuanya,  berikan amanah mendidik generasi bangsa ini kepada acara TV yang telah dilegalkan oleh pemeintah.dan mari bersama – sama kita lihat apa hasilnya kelak.
Atau mulai saat ini, kita mengedukasi orang tua, untuk pandai – pandai memilihkan acara TV, bila perlu TV yang ada di rumah dimasukkan kedalam gudang atau bisa juga dijual per kilo. Tapi sayang sekali ini sepertinya mimpi di siang bolong, sebab begitu berat hati kita berpisah dengan yang namanya TV, saya pinjam kata ustad Fauzil adzim kira – kira seperti ini” matikan TV di hatimu. Matur nuwun ustad Fauzil Adzim. Kita juga bisa mendidik pemerintah agar lebih serius lagi memikirkan nasib generasi bangsa ini, beri porsi untuk anak negeri, ya minimal sama dengan porsi pemerintah berpikir tentang pemilik modal.
Mohon maaf berhubung saya semakin emosi, saya hentikan saja tulisan saya ini, toh ini menurut saya pribadi. Saya menyadari sepenuhnya bahwa tidak semua orang berpikir seperti cara saya berpikir. Dengan alasan inilah saya menerima masukan yang bersifat membangun… dan tulisan ini juga sebagai bentuk lampiasan emosi saya selama ini….
Kalau ada pihak yang tersinggung atau merasa disinggung mohon maafkan saya.
Semoga tulisan saya tidak membuat anda emosi, kalaupun tulisan saya membuat anda emosi, gunakanlah emosi anda untuk hal – hal yang positif. Wallahua’lm bissawab


No comments:

Post a Comment